Virus corona dapat ditularkan antara hewan ke manusia dan manusia ke manusia. Gejala klinis akan muncul setelah 2-14 hari setelah terinfeksi, namun dapat menular meski belum menunjukkan gelaja infeksi.
1. Demam selama beberapa hari
2. Batuk
3. Nyeri Tenggorokan
4. Kesulitan bernafas
5. Flu/pilek
Epidemi virus Corona merisaukan warga dunia. Banyak orang menjadi paranoid akibat penyebaran besar-besaran virus tersebut yang diikuti dengan berita sejumlah kematian bagi penderitanya. Di Tiongkok sendiri, tempat asal ditemukannya virus Corona tersebut, para warganya banyak mengurung diri demi menghindari penularan. Melihat dari tingkah masyarakat dunia, tidak bisa dimungkiri virus Corona adalah wabah penyakit berbahaya. Pertanyaannya adalah seberapa berbahayakah wabah ini, terlebih jika dibandingkan dengan wabah-wabah lain yang pernah muncul?
Apakah memang sebegitu berbahayanyakah sampai-sampai mengancam populasi umat manusia? Ataukah sebenarnya virus ini tidak jauh berbeda dengan flu yang biasa menyerang kita? Ini penjelasannya.
1. Virus Corona sudah menyebar hingga 10 kali lipat ketimbang kasus SARS
Dalam laporan aljazeera.com, virus yang dikenal juga sebagai COVID-19 ini setidaknya telah menulari lebih dari 70 ribu orang atau mencapai 80 ribu jiwa. Informasi lebih lanjut dari Business Insider malahan mengatakan setidaknya ada 113 ribu kasus penularan virus Corona yang telah diketahui. Jika dibandingkan dengan kasus SARS atau flu burung yang menghebohkan pada 2003-2004, jumlah tersebut mencapai 10 kali lipatnya mengingat diketahui ada 8.100 kasus penularan SARS.
2. Penyebaran yang cepat itu dikarenakan proses penularan yang cukup mudah
Dilaporkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) jika penularan virus Corona ini melalui medium cairan tubuh manusia, seperti ludah atau ingus. Cairan tubuh terciprat atau tertempel pada suatu objek sudah lebih dari cukup untuk menularkan virus tersebut. Oleh sebab itu CDC menggenjot kampanye menjaga higienitas tubuh dengan cara mencuci tangan.
Kabar terakhir tentang jumlah korban virus Corona adalah setidaknya mencapai tiga ribu jiwa. Laporan aljazeera.com yang dilansir dari China's National Health Commission menyebutkan pada 10 Maret 2020 ini saja sudah 3.123 nyawa yang melayang akibat ulah virus ini. Tampak banyak dan mematikan, tapi nyatanya tidak.
Dalam artikel yang sama aljazeera.com membuat grafis perbandingan antara jumlah laporan kasus, kesembuhan dan kematian akibat COVID-19. Hasil hitung-hitungan tersebut didapati jika angka kematian akibat virus Corona hanya mencapai dua hingga tiga persen dari keseluruhan laporan penularan. Bahkan jumlah kesembuhan pasiennya pun 25 kali lipat lebih banyak daripada yang mati.
4. Masih kalah mematikan ketimbang SARS
Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang virus Corona saat ini, membuktikan SARS masih jauh lebih berbahaya. Malahan MERS yang menyerang area Timur Tengah memiliki tingkat kematian hingga 35 persen.
•Bagaimana cara penularannya?
Wabah virus corona menjadi catatan kelam sejak awal tahun 2020. Virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, China, itu membuat semua orang khawatir.
Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, telah menginfeksi lebih dari 200.000 orang di 152 negara dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Ketika tren infeksi di China terus mengalami penurunan, angka terinfeksi di negara-negara lain justru mengalami lonjakan.
Italia dan Iran menjadi dua negara dengan jumlah kasus terbesar di luar China serta belum menunjukkan penurunan tren infeksi hingga saat ini.
Sejumlah penelitian di berbagai negara terus dilakukan untuk menemukan berbagai cara penularan virus corona.
Dengan demikian, bisa dilakukan upaya pencegahan dan penanganan.
Cara penularan virus corona
Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, masih terus diteliti untuk mengetahui karakteristik virus ini dan bagaimana penularan serta penyebarannya.
- Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin
- Kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan
- Menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan
- Kontaminasi tinja (jarang terjadi)
Sebuah studi terbaru menunjukkan potensi penularannya melalui udara.
Ketika seseorang batuk atau bersin dan mengeluarkan cairan mengandung virus, berpotensi akan menyebar ke udara dan bisa langsung masuk ke tubuh orang lain jika berada dalam posisi berdekatan.
"Virus ini ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui bersin atau batuk," kata Kepala Unit Penyakit Emerging dan Zoonosis WHO Dr Maria Van Kerkhove, dilansir dari CNBC.
Bahkan, para peneliti menemukan bahwa virus itu bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu di udara dan menempel di permukaan benda bergantung pada beberapa faktor seperti panas dan kelembapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar